Rabu, 15 Desember 2010

Lakon “Geger Karang Sambong” Diusung Sleman dalam Festival Kethoprak Tingkat DIY

Lakon "Geger Karang Sambong” bercerita tentang sebuah episode perlawanan Raja Mataram, Sultan Agung, terhadap pasukan kompeni Belanda di Batavia. Sultan Agung menugaskan Jaka Samekta untuk membuat lumbung pangan di Kabuyutan Karang Sambong. Namun, tidak semua warga Karang Sambong ternyata mendukung pembuatan lumbung pangan tersebut.
 
Surakanda dan penderek (pengikut)-nya yang berpihak pada Kompeni Belanda berupaya keras, dengan berbagai cara, menggagalkan tugas yang diemban Jaka Samekta. Akhirnya lumbung pangan yang dibuat oleh Jaka Samekta dibakar oleh antek-antek Surakanda. Namun demikian Surakanda tidak dapat mewujudkan apa yang diidam-idamkan, walaupun telah membuat geger masyarakat Kabuyutan Karang Sambong.
Cerita ini sengaja diangkat kontingen Kabupaten Sleman dalam Festival Kethoprak Tingkat DIY, 17 - 19 Desember mendatang di Gedung Societed Militer Taman Budaya Yogyakarta, untuk menunjukkan sikap perjuangan rakyat Yogyakarta yang selalu menentang segala bentuk penjajahan.
Dalam penampilannya nanti, menurut Kepala bidang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman, Edy Winaryo S.Sn, kontingen Sleman diperkuat oleh 12 (dua belas) penari dan 14 (empat belas) pengrawit. Bertindak selaku pimpinan produksi Sugiman Dwi Nurseto, sutradara Djarwo SP, pelatih Widayat BA, penata artistik Eko Ferianto S.Sn, penata busana Sri Budiyati, penata iringan Sugeng Surono. Kontingen Sleman akan tampil pada hari kedua Sabtu 18 Desember pukul 19.30 WIB.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Drs. Untoro Budiharjo mengatakan, penyelenggaraan festival kethoprak kali ini merupakan wahana yang positif bagi upaya pemulihan citra kepariwisataan DIY secara umum pasca erupsi Gunung Merapi. Diharapkan festival kethoprak tersebut dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak khususnya insan budaya dan pariwisata di DIY bahwa aset budaya merupakan kekayaan lokal yang perlu terus dipertahankan. Pada tahap selanjutnya pengemasan aset budaya merupakan langkah yang perlu terus diupayakan dan dikelola secara matang sehingga menjadi atraksi yang menarik untuk mendukung kepariwisataan daerah.
Disisi lain penyelenggaraan festival kethoprak tentunya akan menciptakan suasana kompetisi yang positif bagi  kabupaten/ kota se DIY. Dalam hal ini kejuaraan bukanlah menjadi tujuan utama, yang lebih penting adalah semangat dari pelaku budaya untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya. Bahkan yang lebih penting lagi adalah harapan akan meningkatnya apresiasi dikalangan masyarakat terhadap aset budaya lokal yang adiluhung.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar