Bidak catur yang ia buat bukan bidak biasa. Pionnya berbentuk prajurit yang sangat menyerupai manusia. Begitu pula bidak yang lainnya. Lengkap dengan papan caturnya, Bejo Wage Suu, seorang pekerja seni liping itu menawarkan satu set permainan catur, dalam ajang pameran yang digelar di Pagelaran Keraton Kasunanan Surakarta, Kamis (16/9).
“Harganya Rp 3,5 juta satu set. Bahkan, pernah ada pembeli dari Jakarta yang berani membeli dengan harga Rp 10 juta,” tutur Bejo, saat ditemui Espos, Kamis. Ia menyampaikan, harga jual itu sebanding dengan nilai dari karya itu sendiri. “Kalau biaya produksinya, paling hanya Rp 100.000 saja,” tuturnya.
Bejo yang sejak tahun 2005 menggeluti industri craft liping mengaku, kapasitas produksi permainan catur yang diberi nama Catur Mataram itu masih terbatas. “Sejak 2005 mungkin belum sampai 100 set saya buat. Saya buat hanya kalau ada pesanan. Yang biasanya datang dari kolektor-kolektor di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali. Kalau di Solo, yang punya satu set permainan catur itu hanya satu orang.”
Melalui ajang pameran ia menyosialisasikan hasil kerajinan tangan yang terbuat dari bahan baku kayu pinus. “Dan sasaran saya adalah para kolektor. Sampai saat ini memang banyak yang tertarik. Tetapi saya sengaja tidak memproduksi massal karena untuk menjaga eksklusivitas produk dan menjaga agar para kolektor yang sudah membeli produk saya tidak kecewa.”
Ia menyampaikan, beberapa turis asing ada yang tertarik dengan produk tersebut. “Tetapi, baru sebatas beli di pameran. Kalau untuk pasar ekspor belum mulai.”Yang sudah mulai menjajaki pasar ekspor, lanjut Bejo, adalah seni liping Indonesian lifestyle. Seperti bentuk dua orang manusia yang sedang berboncengan sepeda onthel, menimba air, membatik dan lain-lain.
sumber : Solopos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar