Jumat, 01 Juli 2011

Mesin Bur Gigi Bermusik, Periksa Gigi Pun Tak Lagi Menakutkan


 Berawal dari keprihatinan terkait masih banyaknya masyarakat, terutama anak-anak, yang takut memeriksakan sakit giginya, seorang dokter gigi di Purworejo, Jawa Tengah membuat sebuah mesin bur gigi yang sangat unik. Mesin bur gigi, yang diakui sebagai pertama kali di dunia ini, dilengkapi dengan musik dan aksesoris kepala boneka, sehingga, membuat pemeriksaan gigi terasa lebih menyenangkan. 


Sekilas memang tidak ada bedanya, mesin bur ciptaan drg Dhanni Gustiana ini dengan mesin bur gigi kebanyakan. Yaitu, berupa sebatang besi berujung kecil dengan kabel penghubung arus listrik. Perbedaan baru terlihat saat mesin bur gigi dokter Dhanni ini mulai hendak digunakan. Sebuah aksesoris kepala boneka pun dipasangkan di atas kepala bor, sehingga, mesin ini justru terlihat lucu dan tak lagi terlihat.

Sejenak kemudian, saat mesin bur mulai dinyalakan, sebuah lagu pun mengalun dan menutupi suara deru bur yang seringkali membuat anak-anak ketakutan. Ditambah nyala lampu berkelip di sepanjang kabel, membuat suasana pemeriksaan gigi tak ubahnya seperti sedang bermain-main. 
Inovasi yang dirintis dokter Dhanni, sejak dua tahun lalu ini, dilakukan dengan mengganti gear logam yang menjadi sumber berisik dengan keramik, sehingga, suaranya bisa menjadi lebih halus. Gear keramik ini tersambung ke speaker dan pedal di kursi operasi, yang berfungsi memompa udara ke selang sebagai energi pemutar laju bur. Sejak lama, ia memang menginginkan adanya alat yang bisa mengatasi ketakutan pasien saat memeriksakan gigi, karena, ”Dalam sebuah survey dikatakan, ketakutan orang memeriksakan gigi ternyata lebih besar daripada ketakutan orang akan kematian,” kata drg Dhanni.

Dikatakan, sejak ia menggunakan mesin ini, jumlah kunjungan pasien, terutama anak-anak, ke klinik giginya di Purworejo, Jawa Tengah, ternyata meningkat tajam. Berkat temuannya ini ia pun sempat terpilih menjadi tenaga kesehatan teladan tingkat nasional. Beberapa kali, ia pun diberangkatkan ke luar negeri oleh organisasi kesehatan dunia atau WHO, untuk mempresentasikan temuan uniknya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar