Kamis, 04 November 2010

Kerajinan Miniatur Bambu, Kreasi dari Limbah Bangunan

Di tangan seorang perajin di Solo, Jawa Tengah, limbah bambu bekas proyek pembangunan rumah yang biasanya hanya dibuang, ternyata bisa menjadi bahan pembuatan kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi. Limbah bambu tersebut dibuat kerajinan autodrama atau miniatur kehidupan, yang diminati tak hanya warga di wilayah tersebut, namun, juga dari berbagai kota di Indonesia.




Inilah suasana warung angkringan atau Hik, yang digambarkan secara detail oleh seorang perajin di Banyuanyar, Solo, bernama Gringsing Ibnu Handoko atau Inung, dalam sebuah karya kerajinan miniatur bambunya. Tak hanya interaksi pembeli dan penjual, bagian-bagian dari warung angkringan juga digambarkan dengan cermat, seperti ceret atau tempat pembuatan minuman maupun beraneka macam makanan yang dijual di warung angkringan tersebut.



Tak hanya suasana warung angkringan, sejumlah aktivitas warga lainnya, terutama pada masa lampau, juga ditampilkan Inung dalam berbagai karya kerajinan miniatur bambu, yang disebutnya sebagai kerajinan autodrama. Seperti penjual es, gotong royong membangun pos ronda, wedangan, gerobak sapi dan sebagainya.



Siapa sangka, kerajinan miniatur bambu atau autodrama yang sangat indah ini ternyata hanya dibuat dari limbah bambu. Awalnya, Inung merasa prihatin dengan banyaknya limbah bambu bekas pembangunan rumah yang ternyata hanya dibuang atau dijadikan kayu bakar. Dengan sentuhan seni, sisa-sisa bambu itupun mulai dirakit menjadi berbagai miniatur kendaraan, seperti kereta api, sepeda motor, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, Inung pun menemukan bentuk yang lebih cocok, yaitu miniatur kehidupan atau autodrama.



Dibanding menggunakan kayu, menurut Inung, pembuatan miniatur dari bambu ternyata lebih mudah dan sederhana. Pertama, bambu dibersihkan dan dipotong sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan. Potongan-potongan bambu inilah yang dirangkai menjadi miniatur dengan menggunakan lem. Agar terlihat lebih indah, biasanya dipadu dengan karung goni dan daun pisang kering. "Dibanding kayu, bahan bambu bisa lebih menampilkan detil miniatur yang ingin dibuat," katanya.

Sejak dirintis setahun lalu, saat ini, kerajinan tersebut terus diminati banyak kalangan. Dengan dibantu dua temannya, dalam sebulan, Inung mengaku bisa membuat sekitar 10 kerajinan miniatur bambu berukuran besar dan sekitar 25 hingga 30 miniatur bambu. Tak hanya dari wilayah Solo dan sekitarnya, pesanan pun datang dari berbagai kota di Indonesia.(Wiwik Susilo)

3 komentar:

  1. mas kami dr BYL, bolah kami minta alamatnya. ini email kami : joko_tanti@yahoo.com

    BalasHapus
  2. Mas Inung (Bathoex), Alamat di Banyu Anyar RT 05/RW 04, Solo. Trims, mas Joko.

    BalasHapus
  3. saya dari surabaya, boleh meminta nomor kontak mas inung.trims, uwie

    BalasHapus