Senin, 21 Februari 2011

Perajin Alat Pertanian Tradisional Bertahan di Tengah Kesulitan

Meski terus dilanda kesulitan, para perajin alat pertanian dan rumah tangga tradisional di Sragen, Jawa Tengah, hingga kini, ternyata masih terus bertahan. Meski hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana dan seadanya, hasil kerajinan alat pertanian mereka mampu menembus pasaran hingga luar Jawa.



Saimo, bapak berumur 58 tahun, warga dusun Dayu, RT 27/ RW 8, kecamatan Karangmalang, Sragen, Jawa Tengah, ini sebenarnya sudah menggeluti kerajinan alat-alat pertanian tradisional sejak tahun 1975. Namun, seiring perjalanan waktu, hingga kini, belum terlihat perubahan mencolok pada usaha kerajinannya tersebut. Peralatan yang digunakan masih sama dengan saat awal ia merintis usaha ini. Sangat sederhana dan tradisional.



Pemanasan besi masih menggunakan perapian arang, sehingga, membutuhkan kesabaran lebih. Penempaannya pun masih dilakukan dengan cara memukul-mukul menggunakan palu. Awalnya, bahan besi dipanaskan pada perapian arang. Setelah itu, besi pun dibentuk sesuai alat pertanian atau rumah tangga yang diinginkan dengan cara dipukul-pukul menggunakan palu. Setelah itu, dihaluskan dan dipertajam dengan menggunakan gerinda.


Meski semuanya dikerjakan dengan alat sederhana dan tradisional, hasil kerajinan Saimo ternyata tak hanya digemari warga setempat. "Warga di luar Jawa juga sering memesan ke sini," katanya. Hanya dengan harga 30 ribu rupiah per kodi, hasil kerajinan alat pertanian dan rumah tangga Saimo pun mampu menembus pasaran luar Jawa.


Namun, akibat kurang memadainya peralatan, ia pun seringkali harus kewalahan memenuhi pesanan. Apalagi, ia hanya dibantu istri dan satu anaknya.

Selain peralatan yang masih tergolong sederhana, Saimo mengaku, dirinya juga sering menghadapi kendala dalam pengadaan bahan baku besi. Belakangan, harga bahan besi memang terlihat terus naik, sehingga, ia pun kesulitan membelinya. Apalagi, ia tak bisa menaikkan harga jual kerajinannya, karena, khawatir justru akan kehilangan pembeli. Meski terus dilanda kesulitan, Saimo mengaku tetap akan menggeluti usaha kerajinan ini sampai kapanpun. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar