Senin, 11 April 2011

Kerajinan Ukir Manusia Purba dari Batu di Sragen

Guna mendukung keberadaan Sangiran, Sragen, sebagai tempat wisata kepurbakalaan, seorang warga setempat, sejak dua puluh tahun terakhir, mengembangkan kerajinan ukir batu yang khusus mengangkat tema manusia purba. Sayangnya, belakangan ini, ia terus dihadapkan pada kesulitan bahan baku, berupa batu hias dan batu purba, karena, keberadaannya semakin langka.




Beginilah keseharian Daryadi, 32 tahun, warga Dusun Sangiran, RT 04/07 Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah. Saat matahari pagi menunjukkan sinarnya, ia pun mulai memungut dan membawa batu-batu hias atau batu purba ke teras rumahnya. Namun, jangan salah, ia tidak sedang ingin membangun atau merenovasi rumahnya. Melainkan, ingin membuat ukiran batu berupa manusia purba, yang sudah ditekuninya sejak 20 tahun lalu.

Awalnya sih hanya coba-coba. Namun, hasil kerajinannya ternyata terus diminati para wisatawan yang kebetulan berkunjung ke Sangiran. Tak ayal, sejumlah toko souvenir di seputaran lokasi obyek wisata kepurbakalaan di Sangiran pun selalu memesan hasil kerajinannya untuk dipasarkan. Tak hanya itu, “Sejumlah Galeri di Bali dan Jakarta sudah sering memesan untuk dijual kembali.” Katanya.

Sekilas, pengerjaan ukir batu manusia purba ini memang terkesan sederhana. Batu diukir dengan alat pemahat batu dan pemukul, lalu dihaluskan hingga membentuk obyek yang diinginkan. Namun, kerajinan ini ternyata memerlukan keahlian dan ketelitian khusus. “Jika tidak hati-hati, batu hias justru akan pecah dan rusak,” kata Daryadi.

Tak hanya dalam bentuk patung, dibantu satu temannya, ukiran batu bertema Manusia Purbanya juga dijadikan dalam berbagai bentuk lain, seperti asbak, tempat sabun, tempat lilin dan hiasan dinding.  Satu hasil kerajinannya dijual dengan harga bervariasi dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung ukuran dan tingkat kerumitannya.

Sayangnya, belakangan ini, ia mulai kesulitan mendapatkan bahan baku berupa batu hias dan batu purba, karena, keberadaannya semakin langka. “Apalagi di musim hujan seperti ini, biasanya banyak lahan yang dijadikan area pertanian, sehingga tidak mungkin dilakukan penggalian untuk mencari batu hias,” katanya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar