Minggu, 05 Desember 2010

Pentas Angklung Siswa SLB di Sragen Raih Rekor MURI

Diakuinya, musik angklung sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia mendorong berbagai kalangan di tanah air untuk melestarikannya. Tak terkecuali para penyandang cacat di Sragen, Jawa Tengah. Bahkan, meski memiliki kekurangan fisik, pertunjukannya di pendopo Somanegaran, Sragen, mampu memukau para penonton. Museum Rekor Indonesia Dunia pun mencatat pertunjukan itu sebagai rekor anak-anak berkebutuhan khusus yang mampu memainkan harmonisasi musik angklung.



Lagu "Jangan Menyerah" dari kelompok musik D'Masiv, pun langsung membahana di pendopo Somanegaran, Sragen, saat para siswa Sekolah Luar Biasa Negeri atau SLBN Sragen mulai memenuhi panggung tersebut. Namun, berbeda dengan aslinya, lagu berisi motivasi hidup ini tidak dibawakan para siswa SLB tersebut dengan alat musik modern. Melainkan, diaransemen ulang dengan alat musik tradisional asli sunda, yaitu angklung.


Tak hanya lagu "Jangan Menyerah", lagu legendaris berjudul "Ayah" yang diciptakan oleh Rinto Harahap pun mampu dibawakan dengan baik oleh para siswa SLB tersebut.

Pertunjukan ini mungkin akan menjadi biasa, jika permainan musik angklung tersebut dibawakan oleh orang-orang normal. Namun, pertunjukan ini ternyata menjadi sangat memukau, karena, pemainnya adalah anak-anak berkebutuhan khusus, terutama tuna rungu. Apalagi, di tengah berbagai kekurangannya, harmonisasi musik yang ditampilkan bisa terdengar sangat kompak dan indah.


Tak ayal, para penonton pun dibuat terdecak kagum dengan kegigihan mereka mempelajari musik asli Indonesia tersebut, hingga akhirnya bisa menampilkannya dengan sempurna. Awalnya memang tidak mudah bagi guru-guru di SLB tersebut untuk melatih anak-anak ini untuk memainkan musik angklung. Berbagai upaya pun dilakukan --meski seringkali gagal dan tidak efektif-- hingga akhirnya merekapun menemukan metode pembelajaran angklung yang dianggap pas, yaitu menggunakan kode-kode lampu.



Tak hanya para penonton, pihak Museum Rekor Indonesia Dunia pun dibuat kagum dengan penampilan mereka hingga akhirnya mencatat pertunjukan ini sebagai rekor ke 4610. Yaitu, rekor anak-anak berkebutuhan khusus yang mampu memainkan harmonisasi musik angklung. Selamat dan terus maju, ya! (BK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar